Suka men-junk mailing list dengan email yang sama

on Tuesday, March 25, 2008

Hari ini email dari Roy Suryo terpampang di banyak mailing list. Baik yang memang dikirim sendiri (cross posting) atau disalinkan ke tempat lain — oleh “penggemarnya” atau penentangnya. Saya lihat di Roy Suryo Watch, tulisan baru tersebut belum muncul. Saya kira hal ini tidak perlu disebut sebagai terlambat, melainkan justru memunculkan pertanyaan serius: mengapa Roy Suryo tidak merangkai buah pikirannya di sebuah blog?

Coba pertimbangkan: mantan Presiden Soeharto memiliki media center, Hamzah Haz tidak ketinggalan, semua calon presiden juga menyediakan situs Web — representasi pribadi, situs ofisial untuk acara pemilihan presiden, dan yang disusun oleh pendukungnya (bayangkan betapa lengkapnya!). Belum lagi jika ditilik pada ranah yang lebih luas lagi: ribuan anak-anak muda mulai menuangkan cerita dalam bentuk blog, dengan semua kekenesan dan kecentilan mereka. Mengapa pakar multimedia sekaliber Roy belum memulai?

Sekarang dilihat dari manfaatnya. Pertama, Roy tidak perlu memenuhi sekian mailing list dengan email yang sama dan menghasilkan ulir debat kusir di setiap tempat. Setiap respon yang dikirim untuk menanggapi akhirnya menjadi dikirim-silang ke banyak tempat. Tidak efisien kan?

Kedua, Roy tidak perlu merepotkan media massa berkaitan dengan kredibilitas keilmuan artikel yang dimuat. Maaf, saya bukan ahli yang punya kompetensi menilai kredibilitas tersebut, namun pada saat artikel tentang metadata dimuat di Kompas, tulisan tersebut menjadi awal letupan persoalan kredibilitas pembuktian yang dipaparkan di dalamnya. Jika Roy menulis pandangannya pada kasus tersebut dalam bentuk entri di blog, tentu dampaknya tidak “segawat” di media massa resmi. Kita bersama maklum: secara umum, blog belum sampai dipandang sebagai sebuah media jurnalistik yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi.

Ketiga, blog dilengkapi mekanisme komunikasi dengan pembaca dalam bentuk komentar dan antarblog dalam bentuk lacak balik (trackback). Dengan demikian pengunjung dapat langsung berdiskusi di situs tersebut atau, jika dia ingin lebih panjang-lebar, dapat menulis di blog miliknya dan mencantolkan hasil lacak baliknya sehingga pengunjung lain tetap dapat mengikuti aliran diskusi. Jangan dilupakan: tulisan yang secara serius membantah argumen pemakaian metadata pada tulisan Roy di Kompas justru ditulis oleh Ariya Hidayat lewat blog — bukan lewat media massa resmi.

Terakhir: bukankah dengan demikian menaikkan peringkat Roy sendiri di Google? Daripada peringkat atas dibiarkan “dibajak” oleh Roy Suryo Watch seperti yang terlihat di Google hari ini.

Saya tidak punya urusan apapun dengan Roy Suryo. Apabila tulisan di atas dianggap “menguntungkan” posisi Roy, saya juga punya saran yang bijak kepada para penentangnya: gunakan pikiran jernih seperti yang diungkapkan Evelyn Beatrice Hall untuk Voltaire, I disapprove of what you say, but I will defend to the death your right to say it.

0 comments: